Unsur tersebut dibuat dengan latar belakang alur cerita yang mengandung pesan yang disampaikan oleh komunikator, dalam hal ini komunikator adalah sutradara. Film merupakan media komunikasi yang terbentuk dari kombinasi antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi kamera, pencahayaan, warna dan suara. Didalam film ini pelacuran menjadi bagian dari kehidupan tokoh utama, dan di film ini banyak mengisahkan bagaimana potret kehidupan pelacur dalam film Telegram, sehingga tujuan dari penelitian dari fulm ini adalah untuk memaknai tandatanda yang terdapat dalam film Telegram sehingga dapat mendiskripsikan tentang potret kehidupan pelacur dalam sebuah film. Film ini mengisahkan tentang kegelisahan seorang jurnalis, yang akhirnya membuat dia melarikan diri kedunia khayal dan pergi melacur sebagai wujud kekecewaannya. Salah satu film yang menonjol dan penuh dengan kritik sosial adalah film Telegram. Apa yang di ekspresikan lewat karyakaryanya Slamet Raharjo berusaha untuk membuka pandangan dunia tentang konisi masyarakat Indonesia yang penuh dengan problematika sosial dan kemiskinan. Itu dapat dilihat dari film hasil karyanya seperti Marsinah, Ponirah Terpidana, dan Telegram. Slamet Raharjo merupakan salah satu sutradara senior yang ada di Indonesia dan sangat perduli akan tematema sosial. Dengan menggunakan model analisis wacana kritis dari Norman Fairclough, kajian mendalam terhadap kedelapan film tersebut menunjukkan adanya persamaan modi-fikasi dan juga perbedaan konstruksi konsep diri remaja dari dekade ke dekade khususnya melalui wacana remaja baik-baik versus remaja nakal, pencarian role model serta wacana tentang gaya hidup remaja. Konsep diri remaja yang dianalisis dalam kajian ini meliputi konsep diri fisik dan konsep diri psikologis. Korpus kajian adalah delapan film remaja yang diproduksi dalam kurun waktu empat dekade yaitu dari tahun 1970-an hingga 2000-an. Kajian dalam tulisan ini merupakan kajian tentang teks film yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merumuskan bagaimana konsep diri remaja dalam konteks masyarakat Indonesia dikonstruksi dan diwacanakan melalui citra dan narasi film. ABSTRAK Film merupakan sistem representasi yang bisa menjadi jendela untuk melihat dinamika kehidupan masyarakat pada kurun waktu ketika film dibuat. This study also identifies that teenage self-concept has been constructed through various discourses, among other things good versus bad teenagers, role model seeking, and of teenage lifestyle. The analytical Corpus is eight films for teenagers which were produced from the 1970s through the 2000s.Through the application of Norman Fairclough's critical discourse analysis, a detailed examination of these films reveals that there are similarities, modification and differences in the way in which teenage self-concept has been constructed from decade to decade. This study focuses particularly on the physical and psychological teenage self-concepts. This study is aimed to identify and reveal how teenage self-concept is discursively constructed through film imagery and narrative in the context of Indonesian society. Keywords: Feminism Petulangan Menangkap Petir Film Film Characters.įilm is a system of representation, which provides information of social dynamics during the period, when the film is produced and distributed. A mother is generally very caring for children and wants to educate their children well, but many deviate from the goals of the mother herself which instead change from educating to obeying, and the figure of Mother (Beth) in this film tries to do that in which feminism here it is shown when Mother (Beth) collides with Father (Mahesa) or Grandfather where Mother (Beth) tries to keep arguing and does not want to obey just because they are Men or husband and tries to convey her mindset in educating children. In feminism itself, women really want to achieve gender equality, and from the observations in this film the perspective of the mother (Beth) is explored deeper, about how she thinks and behaves more prominent than some other adult male characters in the film this. One example is about a mother (Beth) who strongly restrains her child and accentuates the feminism of the character of the mother (Beth) by prioritizing the perspective of the mother (Beth) in educating children, which is more prominent in the figure of the mother (Beth) than the father (Mahesa). In the Adventure Film Catching Lightning there are several issues and concerns that want to be displayed through audio visual works.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |